Chelsea Vs Tottenham Hotspur: Mengenang Noda Hitam Battle of the Bridge
BeritaBola99 – Chelsea akan menjamu Tottenham Hotspur di Stadion Stamford Bridge, Jumat (3/5) dini hari WIB. Duel yang memiliki sejarah panas dan acap mengembalikan memori ke “Battle of the Bridge”.
Pada awal Mei 2016, Tottenham bertandang ke Stamford Bridge dengan kesadaran bahwa mereka harus menang agar bisa tetap menyamai Leicester City di puncak klasemen dan tetap memburu gelar liga pertama sejak 1961.
Namun, tim asuhan Mauricio Pochettino gagal mewujudkan ambisi mereka. Semua pupus setelah apa yang dianggap sebagai salah satu pertandingan paling kotor dalam sejarah Premier League.
Lantas apa sebenarnya yang terjadi pada laga yang kini dikenal sebagai “Battle of the Bridge”?
Tottenham tiba di Stamford Bridge dengan emosi tinggi. Mereka ingin mengakhir rapor belum pernah menang sejak Februari 1990 di markas Chelsea ini.
Terlebih, sebelumnya Spurs baru menelan hasil mengecewakan. Mereka membuang keunggulan dan dua poin penting, pada pertandingan sebelumnya di kandang West Brom.
Suasana hati mereka yang sudah tidak stabil dengan berbagai wawancara yang diberikan menjelang pertandingan di mana para pemain Chelsea mengatakan bahwa mereka ingin mengalahkan rival sekota mereka dan membantu Leicester memenangkan liga.
“Untuk alasan yang berbeda, kami tiba di pertandingan itu dalam momen yang sangat sensitif,” kata Pochettino kala itu.
“Kami sangat agresif. Itu adalah momen spesial, sangat spesial. Di luar konteks, kami bisa berkata, ‘Mengapa Tottenham bersikap seperti ini?’. Namun dengan semua konteksnya, pada momen itu, saya pikir itu biasa saja.”
Tim tamu unggul dua gol saat jeda berkat serangan yang dilakukan dengan baik dari Harry Kane dan Heung-Min Son.
Hingga saat itu, hanya bek Spurs Kyle Walker dan Jan Vertonghen yang mendapat kartu kuning, namun semua itu berubah saat pertandingan memasuki masa tambahan waktu di pengujung babak pertama.
Pelanggaran Danny Rose terhadap Willian menjadi katalis terjadinya perkelahian massal. Pada saat itu, bahkan Pochettino, ikut terlibat setelah berlari ke lapangan untuk mencoba memisahkan Rose dan Willian, sesuatu yang kemudian diakuinya sebagai kesalahan.
“Saya terlibat dalam permainan. Itu sebuah kesalahan. Saya tidak bisa masuk ke lapangan,” ujar Pochettino.
Suasana makin memanas karena Rose ternyata tidak mendapat kartu merah karena tekelnya.
“Wasit membuat kesalahan dengan keputusannya. Rose harusnya dikeluarkan,” ujar Jamie Carragher yang saat itu menjadi komentator.
Total empat kartu kuning dikeluarkan wasit di babak pertama. Pada babak kedua, delapan kartu kuning lagi setelah jeda. Sembilan kartu kuning dikeluarkan kepada pemain Spurs yane menjadi rekor Premier League.
Namun yang luar biasa, tidak ada kartu merah yang dikeluarkan wasit Mark Clattenburg, meski Erik Lamela sengaja menginjak tangan Cesc Fabregas dan Eric Dier manghajar Hazard di pengujung pertandingan.
Soal kepemimpinannya pada laga yang berakhir imbang 2-2 itu, Clattenburg mencoba memberi penjelasan.
“Sebelum pertandingan saya punya satu tujuan; saya tidak ingin Tottenham Hotspur menyalahkan Mark Clattenburg karena mereka kehilangan gelar,” ujar sang wasit.
“Seharusnya ada tiga kartu merah untuk Tottenham. Saya membiarkan mereka menghancurkan diri mereka sendiri. Jika saya mengeluarkan tiga pemain dari Tottenham, apa berita utamanya?, ‘Clattenburg membuat Tottenham kehilangan gelar’.”
Tenti tinggi berlanjut pada pertengkaran yang lebih buruk saat kedua tim menuju terowongan, dengan kiper cadangan Spurs Michel Vorm dan Diego Costa, serta kemudian Vertonghen juga terlibat.
“Itu adalah derby London. Akan selalu meluap-luap. Beberapa kali hal itu terjadi di luar kendali tetapi para pemain berjuang untuk mendapatkan poin dan gelar. Itu adalah emosi – itulah sepak bola,” ujar John Terry.
Asosiasi Sepak Bola mendakwa kedua klub dengan tiga pelanggaran karena gagal mengendalikan pemain mereka. Spurs didenda 225 ribu pound. Sementara Chelsea didenda 375 ribu setelah melakukan lebih banyak pelanggaran sebelumnya.
Dembele, yang juga seharusnya dikeluarkan dari lapangan, kemudian dijatuhi larangan enam pertandingan karena serangannya terhadap Costa.