Xabi Alonso dan Daniele De Rossi, dari Rival di Lapangan hingga Adu Taktik sebagai Pelatih
BeritaBola99 – Pemandangan menarik akan terjadi saat semifinal leg pertama Liga Europa terjadi antara AS Roma kontra Bayer Leverkusen. Pertandingan akan dimainkan di Stadio Olimpico, Jumat (02/05) pukul 02.00 dini hari WIB.
Laga tersebut akan menarik untuk dinanti karena berbagai faktor. Satu di antaranya yang paling menarik adalah sosok dua pelatih, Xabi Alonso dan Daniele De Rossi, yang namanya tidak asing lagi di telinga fans lawas sepak bola Eropa.
Waktu seolah berlalu dengan cepat melihat keduanya dari karier mereka sebagai pemain profesional, kini melatih klub dan memiliki prospek masa depan cerah.
Karier kepelatihan Xabi Alonso dimulai terlebih dahulu bersama Real Sociedad B pada 2019-2022, baru setelahnya melatih Bayer Leverkusen. Dalam kurun waktu dua tahun melatih, Alonso sudah menciptakan magis dalam menorehkan tinta emas di sejarah klub.
Bayer Leverkusen dibawa Alonso juara Bundesliga untuk kali pertama dalam sejarah 120 tahun klub, mengakhiri dominasi Bayern Munchen yang memenanginya 11 kali beruntun.
Leverkusen bahkan masih dapat mengakhiri musim dengan treble bersejarah karena mereka juga berpatisipasi di Liga Europa dan DFB Pokal. Hebatnya lagi, Leverkusen sejauh ini belum terkalahkan di seluruh kompetisi.
Granit Xhaka dan kawan-kawan tak terkalahkan di seluruh kompetisi sebanyak 45 laga. Leverkusen juga memainkan sepak bola aktratif, mendominasi permainan, juga dengan inovasi sepak bola ofensif yang diterapkan Alonso.
Lawan Alonso pun tidak kalah menarik di semifinal Liga Europa. Roma, sejak De Rossi melatih menggantikan Jose Mourinho, memburu zona Liga Champions di Serie A dan juga membawa Roma kembali mencapai semifinal Liga Europa, setelah musim lalu mencapai final.
Berbeda dari Alonso yang relatif lebih lama melatih, De Rossi baru kembali melatih Roma setelah sempat sebelumnya melatih setahun di SPAL (2022-2023). Memiliki DNA Il Giallorossi, De Rossi membangkitkan semangat bermain Roma.
Pendapat menarik dituturkan Giancarlo Dotto, jurnalis asal Italia, melalui tulisannya di Gazzetta dello Sport, membandingkan De Rossi dengan Jurgen Klopp yang akan meninggalkan Liverpool di akhir musim ini.
“Daniele menjadi Jurgen bagi saya. Halusinasi? Tidak, sebuah tumpang tindih yang penuh makna. Bukan hanya fisik keduanya yang meluap-luap, cara selebrasinya, urat dan nyali yang ekstraversi, lebih kurang ajar dalam diri Klopp (dalam artian wajah yang mampu berkembang melampaui keyakinan).”
“Daniele dan Jurgen adalah mereka yang sebenarnya. Setia dan jujur sampai-sampai tidak bijaksana. Mereka tidak mempercayai para penyanjung pada saat pertama dan terakhir,” tambah Dotto.
“Semuanya (pelatih lain) termasuk dalam kanon totemik mereka sendiri, tidak seperti Daniele dan Jurgen, yang dengan gembira bertebaran di debu dunia. Dua pelatih heavy metal, berdedikasi pada sepak bola yang menyukai perkusi dan agresi. Penuh dengan tato, atau mereka sendiri yang menjadi tato.”
Maestro Lini Tengah
Melansir dari Squawka, Xabi Alonso dan Daniele De Rossi sudah tujuh kali bertemu satu sama lain. Detailnya saat AS Roma dan Bayern Munchen bertemu: Bayern menang dua kali dengan skor 7-1 dan 2-0.
Kemudian bersama timnas Italia dan Spanyol dengan catatan tiga kemenangan Spanyol (1-0, 4-0, 1-0), satu Italia (2-1), dan satu berakhir imbang (1-1). Tidak heran apabila ada respek di antara keduanya.
“Saya melihat banyak kesamaan. Kami berasal dari generasi yang sama, dia adalah pemain yang memiliki karier hebat bersama Roma dan Italia. Saya sangat senang melihat mantan pemain menempuh jalur ini sebagai pelatih,” papar Alonso soal De Rossi.
“Anda harus takut terhadap segalanya tentang Leverkusen. Mereka punya lebih banyak waktu bersama Alonso dibandingkan Roma bersama De Rossi, tapi satu hal yang patut dihormati adalah mereka tidak terkalahkan meski sempat tertinggal beberapa kali,” ucap De Rossi soal Alonso.
Dalam kariernya sebagai pemain, Alonso pernah membela Real Sociedad, Eibar, Liverpool, Real Madrid, Bayern Munchen. Beberapa kesuksesannya seperti dua titel Liga Champions, tiga Bundesliga, satu LaLiga, dan puncak kesuksesannya adalah juara Piala Dunia dan dua kali Piala Eropa bersama Spanyol.
Sementara De Rossi sepanjang besar kariernya dihabiskan di Roma (2001-2019) pasca promosi dari akademi. Di penghujung karier ia membela Boca Juniors (2019-2020). Kesuksesan terbesarnya adalah memenangi satu Piala Dunia dengan Italia.
Reputasinya keduanya saat bermain dahulu sangat dikenal di Eropa. Alonso dan De Rossi merupakan gelandang bertahan dengan kemampuan membaca permainan dan mengatur serangan.
Alonso unggul dengan visi bermain dan operan bola lambung seperti Andrea Pirlo, tetapi De Rossi unggul kekuatan fisik dari Alonso plus serba bisa sebagai gelandang bertahan.
Tak ayal pertemuan keduanya di area teknik, pada laga semifinal Liga Europa, mengartikan satu hal: sepak bola sudah berlalu cepat sejak keduanya masih aktif bermain.