Kiprah 7 Pemain Inggris Terkini yang Berkarier di Luar Negeri

BeritaBola99 – Kepergian Conor Gallagher dari Chelsea ke Atletico Madrid tinggal menunggu waktu untuk pengumuman resmi. Gelandang berusia 24 tahun diboyong tim arahan Diego Simeone sebesar 40 juta euro – harga yang tinggi untuk produk akademi.
Gallagher mengikuti jejak pendahulunya yang juga berasal dari Inggris, Kieran Trippier, dengan membela Atletico. Trippier, yang saat ini memperkuat Newcastle United, bermain untuk Atletico pada medio 2019-2022.
Pemain Inggris berkarier di luar negeri belakangan menjadi tren. Padahal di masa lalu, transfer tersebut dapat dihitung dengan jari mengingat pemain-pemain Inggris ‘takut’ berkarier di luar negeri.
Mari sama-sama melihat bagaimana kiprah tujuh pemain Inggris terkini saat berkarier di luar negeri.
1. Harry Kane (Bayern Munchen)
Harry Kane meninggalkan Tottenham Hotspur sebagai top skorer sepanjang masa. Striker berusia 31 tahun dan juga kapten timnas Inggris gabung Bayern Munchen pada musim panas 2023 sebesar 82 juta poundsterling.
Musim debut Kane bagus secara personal karena ia mencetak 36 gol di Bundesliga, menjadi pemain Inggris pertama yang memenangi Sepatu Emas Eropa setelah Kevin Phillips selama lebih dua dekade lalu, tapi Kane pada akhirnya belum memenangi trofi apapun.
2. Eric Dier (Bayern Munchen)
Mengikuti jejak Kane dan pergi dari Tottenham setelah tampil lebih dari 300 laga selama 10 tahun. Bermain di luar negeri pun tidak asing bagi pemain berusia 30 tahun, sebab Dier pernah membela Sporting Lisbon sebelumnya.
Pemain serba bisa, Dier dapat turun sebagai bek tengah hingga gelandang bertahan. Performanya bagus di Bayern ketika tim dilatih Thomas Tuchel dan kini ia dilatih oleh Vincent Kompany.
3. Jordan Henderson (Ajax Amsterdam)
Kariernya bak rollercoaster pada 2023-2024. Jordan Henderson, 34 tahun, pergi dari Liverpool setelah meraih sukses besar di sana dan membuka lembaran baru. Tetapi bermain di Arab Saudi bersama Al-Ettifaq tak membuatnya nyaman, meski klub dilatih Steven Gerrard.
Pada 2024, Henderson kembali ke Eropa dan membela Ajax Amsterdam. Dengan pengalaman dan kualitas yang dimilikinya, Henderson tampil bagus di Ajax dalam membantu para pemain muda.
4. Ruben Loftus Cheek (AC Milan)
Produk akademi Chelsea yang pernah dipinjamkan ke Crystal Palace dan Fulham pergi pada 2023 ke AC Milan. Pilihan yang menarik, bermain di Italia.
Ruben Loftus Cheek tak menjalani musim debut yang bagus dengan Milan arahan Stefano Pioli dan berakhir nirgelar. Loftus-Cheek, 28 tahun, juga jarang main. Kini, ia berusaha mengesankan pelatih baru Milan, Paulo Fonseca.
5. Tammy Abraham (AS Roma)
Produk akademi Chelsea lainnya yang berkarier di Serie A. Tammy Abraham, 26 tahun, pindah ke AS Roma pada 2021 setelah sempat dipinjamkan ke Bristol City, Swansea City, dan Aston Villa. Di sana ia dilatih eks pelatih Chelsea, Jose Mourinho.
Dengan Mourinho, kariernya bangkit dan berkontribusi memenangi UEFA Conference League juga mencapai final Liga Europa. Musim lalu (2023-2024) Abraham jarang main karena cedera, tapi asa bangkitnya masih ada di bawah arahan Daniele De Rossi.
6. Fikayo Tomori (AC Milan)

Pindah ke Milan pada 2021 dari Chelsea menjadi keputusan tepat bagi Fikayo Tomori. Bek tengah berusia 26 tahun membantu Milan juara Serie A dan tampil dengan baik di jantung pertahanan. Fans pun menginginkannya membela timnas Inggris di Euro 2024.
Transfer Tomori senilai 25 juta poundsterling ke Milan membuka jalan bagi produk akademi Chelsea lainnya, seperti Loftus-Cheek dan Abraham yang membela Roma.
7. Jesse Lingard (FC Seoul)
Contoh dari pemain yang kariernya tidak mencapai potensi maksimal karena fokus yang terganggu di luar sepak bola. Jesse Lingard, 31 tahun, saat ini bermain di Korea Selatan bersama FC Seoul yang merekrutnya pada Februari 2024 dengan gratis.
Lingard tak memiliki klub pasca kontraknya habis dengan Nottingham Forest dan sebelumnya membela Manchester United, dipinjamkan ke klub lain seperti West Ham United dan Derby County.
Lingard mencetak dua gol dari 14 laga dengan Seoul, tapi dikritik karena kurang komitmen. Komentar dari pelatih Seoul, Kim Gi-dong sudah memperlihatkannya.
“Saya telah banyak berpikir untuk memecat Jesse. Saya tidak berpikir pemain yang tidak berlari selama beberapa menit bukanlah pemain sepak bola. Jika dia tidak bertarung dan tidak berlari lebih baik dari pemain yang berlari selama 90 menit (untuk apa memainkannya?),” tutur Kim.