El Clasico dan Kontroversi Teknologi Garis Gawang
BeritaBola99 – Titel LaLiga 2023-2024 sudah semakin dekat berlabuh ke Real Madrid. Hal tersebut diketahui setelah Los Merengues menang 3-2 di El Clasico melawan Barcelona, Senin (22/04) dini hari WIB di Santiago Bernabeu.
Dua gol Barcelona dicetak oleh Andreas Christensen (6′) dan Fermin Lopez (69′), sedangkan tiga gol tuan rumah dilesakkan Vinicius Junior (18′ penalti), Lucas Vazquez (73′), dan Jude Bellingham (90+1′).
Madrid memiliki catatan 14 tendangan (delapan tepat sasaran) dari 46 persen penguasaan bola, sedangkan Barcelona punya 15 percobaan tendangan (enam tepat sasaran) dari 54 persen penguasaan bola.
Tim arahan Carlo Ancelotti berada di peringkat satu dengan 81 poin dari 32 laga, diikuti Barcelona di urutan dua klasemen dengan 70 poin – terpaut 11 poin. Itu juga jadi kemenangan keempat beruntun Madrid atas Barcelona di seluruh kompetisi.
Secara matematis, Barcelona masih bisa mengejar Madrid meski itu tidak mudah, mengingat jarak 11 poin tersebut. Praktis, Barcelona dapat dipastikan mengakhiri musim 2023-2024 nirgelar alias tanpa trofi.
Madrid, sementara itu, masih bertarung merebutkan titel Liga Champions dengan potensi double winner di akhir musim. Pertandingan El Clasico berakhir, tetapi ada cerita yang menjadi kontroversi di Santiago Bernabeu.
Pada babak kedua, ada momen ketika peluang dari Lamine Yamal, pemain Barcelona, ditepis Andriy Lunin yang notabene kiper Madrid. Akan tapi, saat Lunin menepisnya bola sekilas terlihat melewati garis gawang.
Situasi itu menjadi rumit, sebab LaLiga satu dari beberapa liga top di Eropa yang tidak menerapkan teknologi garis gawang seperti di Premier League. Alhasil, wasit melihatnya dari Video Asisten Wasit alias VAR.
Pada situasi tersebut, sulit melihat bola sudah sepenuhnya melewati garis gawang atau tidak. Kontroversi itu menjadi perhatian Marc-Andre ter Stegen (kiper Barcelona) dan Xavi Hernandez (pelatih Barcelona).
Ter Stegen menilai tak adanya penggunaan teknologi garis gawang di LaLiga sangatlah memalukan, di saat itu sudah digunakan di banyak liga top Eropa.
“Saya tidak dapat menemukan kata-kata untuk menjelaskan apa yang terjadi di garis gawang. Ini memalukan bagi sepak bola. Ada banyak uang di industri ini, tapi tidak untuk hal yang penting,” cetus Ter Stegen dikutip dari ESPN.
“Saya tidak mengerti mengapa tidak ada uang untuk menerapkan teknologi yang dimiliki liga lain.”
Senada dengan Ter Stegen adalah Xavi. Ia tak peduli dengan komentarnya dalam mengkritik tidak adanya penggunaan teknologi garis gawang di LaLiga, yang notabene salah satu liga terbaik dunia.
“Saya sepenuhnya setuju (dengan Ter Stegen),” imbuh Xavi. “Sangat memalukan karena tidak ada teknologi garis gawang. Jika kami ingin mengatakan ini adalah liga terbaik di dunia, kami membutuhkannya.”
“Semua orang sudah melihatnya. Apa yang bisa saya katakan? (LaLiga) bisa memberi sanksi kepada saya. Gambarannya ada di sana. Perasaan hari ini benar-benar tidak adil.”
“Saya katakan sebelum pertandingan bahwa saya berharap wasit tidak diperhatikan dan mengambil keputusan dengan benar. Pada akhirnya, keduanya tidak terjadi.”
Xavi pun enggan membahas masa depannya dengan keputusannya mundur di akhir musim. Ia ingin Barcelona menyelesaikan musim dengan baik.
“Ini bukan saatnya (membahas masa depan Xavi). Kami harus mencerna kekalahan ini dan memikirkan tentang Valencia di pertandingan berikutnya,” imbuh Xavi.
“Masih ada enam pertandingan yang harus dimainkan dan masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Tujuannya adalah untuk kembali tampil di Piala Super (Spanyol) musim depan (dengan finis di dua besar).”
“LaLiga terdiri dari 38 pertandingan, dan Anda harus memberi selamat kepada (Madrid). Mereka hanya mengalami satu kekalahan sepanjang musim, dan gelar juara praktis sudah diraih sekarang,” pungkasnya.