Cerita Klasik Euro: 2008 dan 2012, Supremasi La Furia Roja
BeritaBola99 – Jauh sebelum kesuksesan yang dimulai pada 2008, timnas Spanyol mengalami fase kering trofi dan prestasi di Eropa. Terakhir kali mereka menang terjadi pada 1964 di bawah arahan Jose Villalonga.
Kala itu, Spanyol menjadi juara dengan skor 2-1 melawan Uni Soviet (sebelum berganti nama menjadi Rusia) di final yang dihelat di Santiago Bernabeu, Madrid, Spanyol.
Kemudian pada 1984 Spanyol mencapai final tetapi kalah melawan Prancis (0-2) yang memiliki Michel Platini di dalam skuad. Terlebih, Prancis juga bermain di depan fans dan final dihelalt di Parc des Princes, Paris.
Semenjak dua momen itu, Spanyol memiliki talenta seperti Raul Gonzalez, Michel Salgado, Santiago Canizares, Pep Guardiola, Juan Carlos Valeron, tetapi tak berbuah trofi di kancah nasional.
Perubahan itu terjadi pada 2008 di bawah arahan Luis Aragones. Spanyol mengawali dominasi di sepak bola Eropa, serta dunia, pada 2008 dan berlanjut sampai empat tahun ke depan.
Awal Kejayaan
Empat tahun. Itulah waktu yang dibutuhkan oleh Luis Aragones untuk membentuk skuad Spanyol (2004-2008) yang meraih sukses di Euro 2008.
Nama-nama yang disertakan Aragones ke dalam skuad Spanyol merupakan kombinasi mereka yang bermain di liga lokal, LaLiga, dan lima di antaranya bermain di Premier League.
Usia para pemain juga berada dalam kondisi prima pesepak bola Eropa, bahkan sebagian lainnya ada di usia muda seperti David Silva, Ruben de la Red, Sergio Ramos, Cesc Fabregas, dan Santi Cazorla.
Pun demikian David Villa (26 tahun) dan Fernando Torres (24 tahun) yang menjadi ujung tombak. Aragones bahkan memanggil pemain yang menjadi unsung hero (pahlawan tak diduga) di Euro 2008, seperti Marcos Senna dan Daniel Guiza.
“Dialah yang memilih gaya bermain berbeda untuk Spanyol, bermain dengan teknik yang lebih kuat. Berkat dia, kami telah mencapai banyak hal,” ucap Silva soal Aragones di laman resmi UEFA.
“Dalam kasus saya, dia menaruh kepercayaannya kepada saya ketika saya berusia 20 tahun. Dia mempercayai saya sepenuhnya.”
Perjalanan Spanyol sudah terlihat mulus di fase grup dengan sapu bersih kemenangan kontra Rusia (4-1), Swedia (2-1), dan Yunani (2-1). Di fase gugur, Spanyol menghadapi kesulitan melawan tim spesialis turnamen, Italia.
Ditahan imbang tanpa gol di waktu normal, Spanyol menang 4-2 di drama adu penalti dan menyingkirkan Italia di perempat final. Kemudian di semifinal Spanyol mengalahkan tim kejutan, Rusia, dengan skor telak 3-0.
Di final yang dihelat di Ernst-Happel-Stadion, Vienna (Austria), Spanyol menghadapi ‘tembok’ Jerman yang sulit ditembus. Akan tapi melalui kualitas yang diperlihatkan striker Liverpool, Fernando Torres, gawang Jerman jebol di menit 33.
Jerman besutan Joachim Low tak bisa menjebol gawang Spanyol yang dijaga Iker Casillas, meski memiliki Lukas Podolski, Miroslav Klose, Kevin Kuranyi, Mario Gomez, dan dikapteni Michael Ballack.
Penantian trofi sejak 1964 berakhir dan itu terjadi di bawah arahan Luis Aragones, legenda Spanyol yang meninggal dunia pada 1 Februari 2014 pada usia 75 tahun.
“Banyak orang akan melihat tim Spanyol ini karena mereka telah menjadi teladan dalam bermain sepak bola. Saya pikir semua pecinta sepak bola ingin orang-orang membuat kombinasi yang bagus, masuk ke area penalti dan mencetak gol,” terang Aragones.
“Di awal saya katakan jika kami mengelola skuad ini dengan baik, kami akan menjadi juara. Tim hanya berpikir saya mencoba memberi mereka kepercayaan diri. Saya hanya berharap Spanyol terus seperti ini dan meraih lebih banyak kemenangan.”
“Saya biasanya tidak menunjukkan apa yang saya rasakan, tapi saya merasa kenyang di dalam. Saya tidak terlalu emosional tetapi ada momen di luar sana dari beberapa pemain saya yang membuat saya dipenuhi dengan emosi.”
“Saya seperti itu – saya tidak menunjukkannya tetapi saya sangat kenyang perasaan. Itulah cara saya menunjukkannya – orang lain mungkin lebih ekspresif.”
Susunan Pemain
Jerman (4-2-3-1): Jens Lehmann; Philipp Lahm (Marcell Jansen 46′), Christoph Metzelder, Per Mertesacker, Arne Friedrich; Lukas Podolski, Thomas Hitzlsperger (Kevin Kuranyi 58′), Michael Ballack (kapten), Torsten Frings, Bastian Schweinsteiger; Miroslav Klose (Mario Gomez 79′)
Pelatih: Joachim Low
Spanyol (4-1-4-1): Iker Casillas (kapten); Joan Capdevila, Carles Puyol, Carlos Marchena, Sergio Ramos; David Silva (Santi Cazorla 66), Cesc Fabregas (Xabi Alonso 63′), Marcos Senna, Xavi, Andres Iniesta; Fernando Torres (Dani Guiza 78′)
Pelatih: Luis Aragones
Wasit: Roberto Rosetti (Italia)
Man of the Match: Fernando Torres (Spanyol)
Klimaks pada 2012
Pada 2008 Aragones memberikan keseimbangan di timnas Spanyol dengan variabel taktik 4-4-2 atau 4-1-4-1. Pada formasi 4-1-4-1 Torres menjadi ujung tombak dan didukung gelandang-gelandang kreatif dari Andres Iniesta, Xavi Hernandez, Cesc Fabregas, dan David Silva.
Penyeimbang lini tengah itu adalah Marcos Senna, saat itu berusia 31 tahun dan membela Villarreal. Spanyol punya kualitas teknik, kualitas individu, mengandalkan sepak bola ofensif, penguasaan bola.
Revolusi dalam permainan dan perkembangan sepak bola Spanyol mencapai puncak saat jadi juara Piala Dunia 2010, kemudian mencapai klimaks pada 2012.
Sebagian besar skuad dihuni pemain Barcelona, yang tengah merajai Eropa dengan filosofi tiki-taka di bawah arahan Pep Guardiola. Mereka seperti Victor Valdes, Iniesta, Xavi, Fabregas, Sergio Busquets, dan Pedro.
Begitu juga para pemain senior yang semakin berkembang dan membela Real Madrid seperti Iker Casillas, Raul Albiol, Sergio Ramos, Alvaro Arbeloa, dan Xabi Alonso.
Kombinasi Madrid-Barcelona ditambah dengan mereka yang berkarier di luar Spanyol: Pepe Reina, David Silva, dan Fernando Torres.
Spanyol berada di grup sulit dan imbang pada laga pertama melawan Italia (1-1), tapi menang di dua laga berikutnya kontra Republik Irlandia (4-0) dan Kroasia (1-0).
Di perempat final, Spanyol menyingkirkan Prancis dengan skor 2-0 dan melalui drama adu penalti di semifinal kontra Portugal (4-2), setelah imbang tanpa gol di waktu normal.
Untuk kesekian kalinya, Spanyol jumpa Italia dan Gli Azzurri acapkali merepotkan. Tapi di final, dominasi Spanyol terlalu sulit dibendung Italia yang menang telak dengan skor 4-0.
Empat gol Spanyol dilesakkan David Silva (14′), Jordi Alba (41′), Fernando Torres (84′), dan Juan Mata (88′). Spanyol memenangi trofi Euro untuk dua kali beruntun dan jadi yang ketiga dalam sejarah sepak bola Eropa.
“Ini adalah era yang hebat bagi sepak bola Spanyol. Setelah Wina (dan final Euro 2008) Luis Aragones, pelatih saat itu, menunjukkan kepada kami jalan, arah yang harus dituju,” terang pelatih Spanyol kala itu, Vicente Del Bosque.
“Kami menjalani pertandingan yang luar biasa tetapi jangan meremehkan Italia – mereka hanya kurang beruntung. Segalanya berjalan sesuai keinginan kami malam ini.”
“Italia memiliki satu pemain lebih sedikit, satu hari istirahat lebih sedikit dan mereka mencoba sepanjang pertandingan tetapi tidak bisa masuk ke dalam permainan,” urainya.
Susunan Pemain
Spanyol (4-3-1-2): Iker Casillas (kapten); Jordi Alba, Sergio Ramos, Gerard Pique, Alvaro Arbeloa; Xabi Alonso, Sergi Busquets, Xavi; Cesc Fabregas (Fernando Torres 75′); Andres Iniesta (Juan Mata 87′), David Silva (Pedro 59′)
Coach: Vicente del Bosque
Italia (4-1-3-2): Gianluigi Buffon (kapten); Giorgio Chiellini (Federico Balzaretti 21′), Leonardo Bonucci, Andrea Barzagli, Ignazio Abate; Daniele De Rossi, Andrea Pirlo, Riccardo Montolivo (Thiago Motta 57), Claudio Marchisio; Antonio Cassano (Antonio Di Natale 46′), Mario Balotelli
Pelatih: Cesare Prandelli
Wasit: Pedro Proenca (Portugal)
Man of the Match: Andres Iniesta (Spanyol)