PAY4D slot jepang slot 1000 slot jepang

Menantang Pep Guardiola Melatih Klub Medioker

Menantang Pep Guardiola Melatih Klub Medioker

BeritaBola99 – Pakar sepak bola Inggris, Graeme Souness, mengirimkan kritik pedas kepada Pep Guardiola. Pelatih asal Spanyol itu dianggap tidak punya kemampuan spesial dan hanya beruntung karena menukangi tim yang sudah kuat. Dengan demikian, Guardiola bisa membuktikan diri sebagai pelatih jempolan dengan melatih tim medioker.

Pep Guardiola dikenal sebagai pelatih yang dekat dengan prestasi. Ketika menukangi Barcelona pada 2008, Guardiola menghadirkan banyak gelar, termasuk trofi Liga Champions.

Kemudian, ketika pindah ke Bayern Munchen, Guardiola juga meraih banyak prestasi. Die Roten memenangi tiga titel Bundesliga secara beruntun.

Selanjutnya, sihir Guardiola berlanjut di Manchester City. Sang pelatih menegaskan hegemoni The Citizens di sepak bola Inggris. Bahkan, pada musim lalu Man City akhirnya berhasil juara Liga Champions.

Meski demikian, rentetan prestasi itu tidak membuat Graeme Souness memberikan apresiasi. Ia yakin Guardiola banyak terbantu oleh kondisi tim yang memang sudah kuat.

“Guardiola sudah memimpin tiga klub dan di tiga klub itu dia selalu punya pemain-pemain terbaik. Itu berlaku di liga mana pun,” urai Graeme Souness.

“Dia mengambil alih Barcelona dari tangan Frank Rijkaard. Ketika itu, Barca sudah memiliki Lionel Messi, Andres Iniesta, Xavi Hernandez, dan pemain bintang lainnya.”

“Kemudian, saat melatih Bayern, Guardiola mengambil alih tim yang baru saja meraih Quardruple.”

“Saat di Man City, ia memimpin tim yang sebelumnya sudah jadi juara Premier League bersama Manuel Pellegrini dan Roberto Mancini,” paparnya.

Untuk menguji hipotesis Graeme Souness, Guardiola bisa melanjutkan karier di klub yang memang sebelumnya jauh dari kata juara.

Hal itu berhasil dilakukan Xabi Alonso yang membawa Bayer Leverkusen jadi juara Bundesliga. Bahkan, Leverkusen belum terkalahkan pada musim ini dan masih berpeluang juara Liga Europa dan DFB Pokal.

Pertanyaanya, apakah Pep Guardiola berani mengambil risiko besar seperti itu di tengah kariernya yang sedang berada di puncak?